Aku Kau dan Kita

Aku Kau dan Kita
Oleh : Maria Yohana Juita Marsil

Tak ingin mengenang hingga terkenang Apalah arti sebuah hasrat mengingkar Rupanya tak semudah mengedipkan bola mata 
 Haruskah mengulang ribuan kali 
Sajak ini mengisahkan tentang kemarin Bagaimana aku menceritakan kepada bintang 
 Bagaimana aku memberitahu di setiap paduan warna pelangi yang tertata rapi Hanya butuh sedikit waktu lebih lama lagi untuk melepaskannya bersama senja. 
 Tak meminta hingga harus tersirat jelas. Permintaan tetap sama. 
 Pergilah sejauh mungkin hingga tak kutemukan lagi serpihan tersisa itu. 
Bawalah sejauh mungkin hingga tak tergoyah lagi untuk menabur luka yang sama padanya. Aku hanya tersenyum saat menatapmu dari tempatku lalu sembari lambaianmu menapak jauh padaku. 
 Kamu tahu betapa warnanya hidupku saat sosokmu menyapaku dengan sedikit warna lalu kau mencoba taburi dengan rasa yang indah. 
 Aku yang kau taburi dengan warna itu hanya bisa berguman seraya memejamkan mata. Aku mencoba bertanya kepada-Nya "Dia kah yang akan kau kirim untuk menjadikan hidupku bermakna? 
 Dia kah jawaban dari setiap Doa yang selau ujudkan setiap sembahanku pada-Mu?" Sungguh inilah hadiah terindah yang Engkau titipkan untukku. 
Hari itu kita berada di tempat yang sama. Berdiri berdampingan di sebuah bukit yang sempat membuatku merasakan sensasi alam. 
 Kita mencoba bersama menatap ke arah senja yang kini mulai berpamit. 
 Tak ada candaan yang kau utarakan hanyalah sebuah senyuman yang membuatku sempat kaku. 
 Lalu dengan sedikit malu aku mencoba menatap ke arah yang lain. 
 Sesaat aku mencoba tidak menatapmu tetapi entah mengapa hatiku selalu mengarahkan pandangannya lalu mencoba memaknai setiap tatapan yang kau pancarkan. 
 Sesaat aku kagum dengan hipnotismu yang halus hingga aku jatuh ke dalam haluanmu. Bukan permintaan untuk segera mengakhirnya dengan indah melainkan sebuah keraguan yang mendasarinya. Keegoisan yang mengekang segala cara membuatku tak pernah berpikir jernih. Pengertian mungkin tak memberimu pengetahuan akan alasan untuk menjaga komitmen. 
 Perih saat hanya mendengar namun tak pernah peka untuk menanggapinya dengan nyata. 
 Lumpuhkan segalanya dengan cara yang membuat sinar itu semakin redup. Janji kemarin yang sempat membuat kita lupa akan segala hal yang sulit bahkan tidak memiliki arti apa-apa. 
 Nanti akan kita ceritakan kembali jika waktu memberikan kesempatan untuk kita bertemu di atas puncak. 
 Catatan hati yang kukisahkah lewat syairku akan menjadi sebuah pajangan di dalam diaryku. 
 Tentang kita dan kisah kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEREMPUAN ITU BERHARGA, ISTIMEWA, DAN TAK PANTAS DILUKAI

Marry Christmas 2023 and Happy New Year 2024

Berjalan Sejauh Nyaman Memberimu Pelangi