Berjalan Sejauh Nyaman Memberimu Pelangi
Berjalan Sejauh Nyaman Memberimu Pelangi
Oleh : Maria Yohana Juita Marsil
Perjalan akan mengukir jalannya sendiri saat engkau membiarkan kakimu melangkah. Hidup akan selalu memiliki rotasinya untuk terus berproses. Menjelajahi setia barisan peristiwa yang mengundang dengan seduh dan teduh yang mengayomi setiap langkah untuk bersua dalam berproses. Sebagian hidup yang menghadirkan banyak orang dalam setiap peristiwa dan mengizinkan banyak hal yang terjadi. Bertemu dengan orang yang memberikan banyak inspirasi dalam hidup adalah cara Semesta mengajari untuk terus bergegas, melangkah, dan mewujudkan setiap tekad penuh nekat. Hal yang paling disyukuri adalah bertemu dengan mereka yang mencintai rasa luka. Terkadang memang sulit untuk bertahan dengan segala yang tak mudah. Namun jalan akan menjumpai alurnya tersendiri bagi yang mau bertahan.
Bertahan dalam harapan yang menggumpal dan berharap akan melebur dengan kehangatan yang dipancarkan adalah sebuah ritme yang bedetak meski tak mengerti kemana hasrat menyembuh luka.
Saat sunyi mulai menghias ada iringan yang begitu asing. Riuh hingga meronta jauh dalam ketidakberdayaan. Mengapa harus kembali merasa dan jatuh pada luka yang sama? Sejauh ini sudah berjuang melumpuhkan segala ingatan yang mengundang ilusi yang tak bertepi. Kemana janji yang sempat menggenggam untuk medapatkan haknya? Janji yang semarak dipadukan dengan komitmen akan berubah untuk kesempatan yang kedua. Datang dengan segudang rasa penyesalan agar segera membaik dan kelak lebih indah dari kemarin. Sadar akan rasa yang masih utuh bahwa semua akanbaik adanya. Belajar dari luka yang tercipta dan merasa alangkah baiknya memafkan adalah jawaban yang terakhir dengan harapan semua bukan karena keegoisan melainkan rasa tulus yang sudah menyebar di setiap relung semenjak rasa itu tumbuh.
Waktu terus berdetik dengan alunan proses yang menjamu. Bermekar dalam jiwa membuat raga mulai menyadari bahwa hati yang memilih tak pernah salah. Kepercayaan akan rasa yang menggebu dalam diri tak pernah menyadari sejauh ini ternyata hati kini berlabuh dengan rasa yang tak bersua semenjak janji yang diutarakan olehnya. Mengapa masih berjalan? Saatnya harus berhenti. Tak mengapa jika harus berakhir. Sesak yang tak biasa seakan menyadarkan akan rasa tulus untuk orang yang salah. Melangkah dengan segudang tanya. Mengapa harus kembali jika memang hati tak pernah sadar? Mengapa harus meminta jika memang niat tak selaras dengan kesungguhan? Sudahlah ini hanya sebatas tanya yang meminta haknya akan sebuah jawaban.Terus berjalan dengan versi terbaikmu. Meminta untuk terus berjalan meski ombak harus menghempaskan kekuatannya. Tak mengapa jika menyembuh luka harus membutuhkan waktu yang lama. Perlahan akan membaik bahkan lebih dari waktu yang pernah dipertanyakan.
Semesta memang punya cara tersendiri untuk menggenggammu dengan pilihannya yang terbaik. Nantikan waktu itu dengan suguhan simpul yang akan menjawabmu dengan Amin untuk segala harap yang menjumpaimu kelak. Berlari sejauh hatimu meminta untuk merangkai harap dan membalut luka dengan rasa yang tak akan mengkhianatimu ataupun jatuh pada luka yang sama. Berlari sejauh mana kenyamanan memberimu pengertian bahwa semua akan baik-baik saja. Tanpa harus menyimpan rasa sakit yang menghambat segala pelangi yang memancarkan keindahan tersendiri dalam hidup. Tangis dan luka itu adalah sebuah saksi bahwa hidup memiliki ritmenya sendiri untuk menunjuk arah bahwa cahaya itu akan memancarkan kasihnya yang tak bisa dihalang dengan apa pun alasannya yang mengguncangnya. Warna pelangi itu akan menguburkan setiap luka yang pernah ada. Setiap warnanya akan menceritakan makna yang memberikan jelas dan motivasi untuk terus merasakan ketulusan harus berakar alasan yang jelas. Aku percaya detik waktu berdetik akan mengisahkan kisahnya pada kesempatan yang menjadi miliknya hingga nanti alasan untuk menetap akan menyadarkan bahwa indah akan selalu tepat pada waktu yang dirindukan.
Komentar
Posting Komentar